Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilahi
rabbil ‘alamin,Was sholatu wassalamu ‘ala,Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du.
Sayyidina wa maulana Muhammadin,Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du.
puji dan syukur ke haddirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, iman, dan islam lahir dan batin kepada kita semua,
sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam Aktivitas belajar dipagi hari
yang cerah ini yang inshaallah dimuliakan oleh allah SWT.
Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada
junjungan kita nabi Allah Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia
dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang
moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti
yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk hambanya yang taat,
yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak..
Cerita
singkat Detik-Detik Kematian Rosulullah
Pagi
itu Rosulullah dengan suara terbata memberiakan petua “Wahai umatku kita semua berada
didalam kekuasaan Allah dan cinta kasihnya maka taati dan bertaqwa lah
kepadanya kuwariskan 2 hal kepada kalian yaitu sunah dan Al-Qur’an. Barang
siapa yang mencintai sunahku berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku akan bersama-sama masuk syurga bersamaku”
Khutbah
singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rosulullah yang penuh menatap sahabatnya
satu-persatu seolah hendak dikenang. Abu bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya, Usman menghelai
nafas panjangnya dan Ali menundukan kepala dalam-dalam. Isyarat itu telah
datang saatnya sudah tiba rosulullah akan meninggalkan kita semua. Resah hati
semua sahabat kala itu manusia tercinta itu hampir selesai melaksanakan
tugasnya didunia. Tanda-tanda itu semakin dekat ketika Ali dan Padol sigap
menangkap Rosulullah yang tubuhnya limuh saat turun dari mimbar saat itu
seluruh sahabat yang hadir disana pasti akan menahan detik berlalu kalo bisa.
Matahari
kian meninggi tapi pintu rumah rosulullah masih tertutup sedangkan didalamnya
rosulullah masih terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat membasahi
pelapah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba diluar pintu terdengar
orang yang bersedu mengucapkan salam “Bolehkan saya masuk” Fatimah kemudian menghampiri orang tersebut dan
berkata “mohon maaf ayahku sedang demam” kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintunya, kemudian ia kembali kekamar menghadap ayahnya dan
terlihat ayahnya sudah membukakan matanya, kemudian ia bertanya “siapakah
itu wahai anakku” “tak taulah ayah orang yang sepertinya baru
sekali ini aku melihatnya”(Tutur Fatimah lembut). lalu Rosulullah
menatap wajah dari putrinya dengan lembut dan pandangan yang menggetarkan
seolah bagian-bagian wajahnya anak itu seolah hendak dikenang. Kemudian Rosulullah
berkata “wahai anakku ketahuilah dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan didunia, dialah malaikat Maut” (kata Rosulullah SAW). Fatimahpun menahan ledakan
tangisnya. malaikat Mautpun datang mengahmpiri. Rosulullah SAW menanyakan “Mengapa
jibril tidak ikut bersama menyertainya?” kemudian dipanggilnya Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit menunggu Ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia ini. Nabi SAW berkata “wahai jibril jelaskan apa hak ku nanti
dihadapan Allah “ tanya Rosulullah dengan suara yang lemah. Kemudian Jibril berkata “pintu-pintu langit telah
dibukakan, para malaikat telah menanti Ruh mu Ya rosulullah, semua syurga
terbuka lebar menanti kehadiranmu” ( kata jibril). Ternyata itu tidak
membuat Rosulullah legah, matanya masih penuh dengan kecemasan kemudian jibril
bertanya “engkau tidak senang mendengar kabar ini” Nabi SAW berkata “ kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak”. Kemudian jibril menjawab “jangan khwatir wahai Rosulullah aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku =>kuharamkan syurga bagi siapa saja
kecuali umat Muhammad yang berada dijakatnya jibril<= “
Detik-detik
semakin dekat saatnya jibril melaksanakan tugasnya, perlahan Ruh Rosulullah
ditarik nampak seluruh tubuh Rosulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. “wahai jibril betapa sakitnya sakaratul maut ini” (Ujar Rosulullah).
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam, dan Jibril
membalikkan muka. Nabipun bertanya “Wahai jibril jijikah engkau melihatku hingga kau balikkan wajahmu”
Kemudian jibril berkata “siapa yang sanggup melihat kekasih allah di
regut azal” (kata jibril). Sebentar kemudian terdengar Rosulullah mengaduhkan
rasa sakit yang tidak tertahankan “YaAllah begitu dahsyatnya maut ini,
limpahkan saja semuanya siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.
Badan Rosulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi
bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu kemudian Ali mendekatkan
telinganya “Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah diantaramu”
(itu
pesan Rosulullah). Diluar pintu rumah Rosulullah pintu tangis mulai
terdengar, sahabat saling berpelukan, Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan
Ali kembali mendekatkan telinganya kebibir Rosulullah yang mulai kebiruan apa
yang dikatakan Rosulullah saat itu ? “Umati,umati,umati”.
Inalillahiwa’Inalilahi Rojiun.
Berakhirlah
hidup manusia itu yang selalu memberikan kita sinarang, yang hadir untuk
menjadi pemimpin para manusia. Dan kini pertanyaan untuk kta semua mampuhkah
kita mencintai seperti Rosulullah SAW ? Kita terbaut jauh, jauh sekali berabad
jaraknya tapi cinta beliau kepada kita begitu besar. Bahkan dalam suatu hadis
telah dikatakan bahwa ketika Rosulullah sedang berkumpul dengan sahabatnya
Rosulullah berkata “Wahai sahabat aku sedang rindu” kemudian sahabat bertanya “Rindu
kepada siapa Yarosulullah “ Rosulullah menjawab “Kepada saudara-saudaraku”
sahabat bertanya “bukankah kami saudaramu Yarosulullah”? Rosulullah menjawah “kalian
adalah sahabtku” kata Rosulullah saudara-saudaraku adalah Umatku
yang aku belum pernah menemuinya tapi mencintaiku.
Apakah
yang dimaksud rosulullah adalah kita ? mari kita tanyakan kepada diri kita
sendiri.
Akhirul
kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik.
Wallahul
muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,
Wassalamu
alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar